KHR. ACH. FAWAID AS’AD : INISIATOR DAN KETUA UMUM IKSASS PERTAMA

Oleh. Dr. Masykuri, M. Pd.I.
Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Ibrahimy 

Beberapa hari lagi, tepatnya 1 Oktober 2021, IKSASS ( IKATAN SANTRI ALUMNI SALAFIYAH SYAFI’IYAH ) telah berusia 33 Tahun. Semua warga IKSASS tentu akan menyambutnya dengan penuh suka cita. Ada banyak ragam acara diselenggarakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Robbul ‘Izzati. Suasana suka cita warga IKSASS bukan berarti mengabaikan keprihatinan di tengah suasana pandemi yang belum sepenuhnya dinyatakan berakhir, namun lambat laun, semoga Allah membersihkan dan mengangkat virus corona yang membuat suasana mencekam.


Ingata Hari Lahir, HARLAH IKSASS berarti ingat sang inisiator almaghfurlahu KHR. Ach. Fawaid As’ad. Beliau adalah founding father IKSASS yang utama dan pertama, selain sahabat seperjuangan yang ikut membersamai dalam melahirkan IKSASS.  Alumni, santri aktif dan seluruh warga Pesantren Sukorejo  telah banyak mengenang semangat juang dan gigih dalam pengabdian umat, bangsa, negara, dan jam’iyah NU selama perjalanan kehidupan beliau. Cara dan metode dalam menggerakkan organisasi IKSASS sudah menggunakan teori kepemimpinan pada umumnya, sangat dinamis, dan modern.

Beliau sering menyampaikan pentingnya keberlangsungan organisasi, karena IKSASS adalah wadah perjuangan jangka panjang. Pelatihan kepemimpinan, keorganisasian, dan beberapa pendidikan-pelatihan khusus, sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap kelangsungan organisasi agar sustainable, beliau kelola secara sistematis dan sistemik.

Banyak orang, bahkan tokoh-tokoh besar negeri ini mengakui beliau sebagai Kiai Kharismatik yang organisatoris, sebut saja KH. Hasyim Muzadi, ketua umum PBNU dua periode, Gus Dur, Mahfud MD, ibu Khofifah Indar Parawansa, sampai seniman besar Raja Dangdut Rhoma Irama. Mereka memberikan pandangan yang secara substansi sama, bahwa Kiai Fawaid adalah sosok kiai kharismatik yang menjalankan organisasi secara modern.

Jiwa kepemimpinan dan keberanian Kiai Fawaid tentu tidak serta merta, ada darah “panglima” yang mengalir dari Kiai As’ad ke hatinya Kiai Fawaid. Dalam suatu kesempatan, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy pernah menyampaikan, pamanda kalau sama Mbah As’ad itu sudah masuk kategori “fana’ “, sebagaimana perspektif tasawuf. Apa yang dilakukan paman, nyaris tanpa reserve dalam seluruh gerak kehidupannya. Mbah As’ad adalah orang tua kandung sekaligus guru sang murobbi bagi paman.

Saya termasuk salah satu santri yang ikut menyaksikan secara langsung apa yang diteladankan Kiai Fawaid dalam kontek kepemimpinan, sehingga tesis saya pun mengangkat tema Inovasi Kepemimpinan Kiai Fawaid. Jiwa inovatif adalah jiwa yang tidak alergi dengan sesuatu yang baru, karena kebaruan dalam kehidupan merupakan sunatullah. Bagi Kiai Fawaid, perubahan itu pasti, tapi jangan  karena alasan pasti justru mengakibatkan ketidakpastian. Kemantapan, kemandirian, pengalaman dan ilmu, serta kedalaman iman-Islam harus terpatri dalam qolbu, sehingga perubahan, dengan segala dinamikanya tidak melupakan jati diri sebagai seorang santri, generasi yang disiapkan menjadi khoiru umah.

Semoga kita semua pandai mengambil hikmah dari keteladanan yang telah diajarkan Kiai Fawaid As’ad. Kepada beliau Al-Faatihah

Sukorejo, 28 September 2021
Oleh. Dr. Masykuri, M. Pd.I.
Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Ibrahimy

Dibawah Naungan IKSASS

Dibawah Naungan IKSASS adalah Media Sosial Underbownya IKATAN SANTRI DAN ALUMNI SALAFIYAH SYAFI"IYAH (IKSASS) SUKOREJO SITUBONDO

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama